Issue #2 | Buku: “You, Happier” — Daniel G. Amen, MD
You, Happier: The 7 Neuroscience Secrets of Feeling Good Based on Your Brain Type
Siapa sih yang ga pengen hidup bahagia? Bahkan, saat kita sudah bahagia…kita akan mencari cara untuk jadi lebih bahagia. Banyak yang bilang, bahagia itu perkara hati padahal…bahagia itu justru erat hubungannya dengan OTAK. Penasaran dengan topik kebahagiaan, saya baca deh buku yang lagi nampang di Amazon beberapa minggu ini, “You, Happier” yang ditulis oleh “Daniel G. Amen, M.D.”
QUOTABLES
- Happiness is contagious because happier people tend to make others happier. Kebahagiaan itu menular, karena orang yang lebih bahagia biasanya menjadikan orang lain juga ikut lebih bahagia.
- Whether or not you’re happy, and most importantly, whether or not you act happy is about altruism, not selfishness — because it is about how we affect others’ lives. . . . Entah kamu bahagia atau nggak, dan lebih penting, entah kamu bertindak bahagia atau nggak, berkaitan dengan altruisme, bukan keegoisan, karena kebahagiaan adalah tentang bagimana kita berdampak bagi hidup orang lain.
- You need some anxiety to be happy. Appropriate anxiety helps us make better decisions. Kamu butuh sedikit kecemasan untuk jadi bahagia. Kecemasan yang tepat membantu kita mengambil keputusan-keputusan yang lebih baik.
- You are not stuck with the brain you have; you can make it better, and we could prove it. Kamu nggak terjebak dengan kondisi otak yang kamu punya sekarang; kamu bisa membuat otakmu lebih baik, dan kami bisa membuktikannya.
- Your brain is the organ of happiness. With a healthy brain, you are happier (because you’ve made better decisions), healthier (also better decisions), wealthier (better decisions), and more successful in relationships, work, and everything else you do. Otak adalah organ kebahagiaan. Dengan otak yang sehat, kamu akan lebih bahagia (karena kamu membuat keputusan-keputusan yang lebih tepat), lebih sehat, lebih kaya, dan lebih sukses dalam hubungan, pekerjaan, dan apapun yang kamu lakukan.
- If the brain is not healthy, you can have all the features of a happy life mentioned above and still want to end your life. Jika otak nggak sehat, kamu bisa punya semua ciri-ciri hidup bahagia yang disebutkan dan tetap ingin mengakhiri hidupmu.
- What you eat and drink has a direct effect on your brain and its ability to balance chemicals, promote health, and operate optimally — all factors in your happiness. Apa yang kau makan dan minum punya dampak langsung untuk otakmu dan kemampuannya untuk menyeimbangkan zat-zat kimiawi tubuh mendukung kesehatan dan bekerja secara optimal — semua faktor yang mempengaruhi kebahagiaan.
- There is also a gut-brain connection that works in two directions: Anxiety can be linked to stomach problems, and stomach problems can be linked to anxiety. Ada koneksi antara usus dan otak yang bekerja 2 arah: kecemasan bisa terkait dengan adanya masalah di usus, dan masalah perut bisa terkait dengan kecemasan.
WHAT’S NEW FOR ME
Karena saya banyak baca buku yang bahas tentang otak selama beberapa bulan ini, seperti: “Emotional Intelligence”-nya Daniel Goleman, “Thinking Fast & Slow”-nya Daniel Kahneman, kemudian juga sempat sedikit dibahas di bukunya Mark Manson yang “Everything is F*cked”, topik mengenai menjadi lebih bahagia yang dibahas di buku “You, Happier” ini jadi berasa biasa saja. Nggak ada sesuatu yang benar-benar bikin “oh…ternyata gitu…“
Satu ilustrasi yang menarik adalah tentang Pollyanna. Sebelumnya tahu Pollyanna dari lagunya Green Day yang “tumbenan” vibes-nya tuh motivated banget pas pandemi kemarin. Eh ternyata yah, ada kisahnya dari si-Pollyanna ini yang senantiasa mencari alasan untuk berbahagia.
MY OVERALL THOUGHTS
Buat kamu yang udah pernah baca buku-buku neurosains dan punya pengetahuan lebih tentang otak, buku ini akan terasa biasa ajah. Mengenai kebahagiaan, kalau kamu rajin mengikuti sesi-sesi Citta Semesta, sebuah yayasan di Indonesia yang mengedukasi tentang kebahagiaan secara neurosains di Indonesia, buku ini juga jadi biasa ajah, karena sebagian besar udah disampaikan dr. Ryu Hasan Sp. BS. Ga ada salahnya juga sih dibaca buat memperlengkapi atau sekedar kilas balik pengetahuan kita tentang kebahagiaan.
Satu hal yang bikin buku ini menarik adalah…banyak bagian yang disampaikan dengan “jembatan keledai” dan judul yang mudah diingat, contoh:
- The 11 Lies of Happiness
- 7 Secrets of Happiness
- 4 Circles of Happiness
- 16 Brain Types
- B.R.IG.H.T.M.I.N.D.S
- R.E.L.A.T.I.N.G
Nggak asiknya, sepanjang kita membaca buku ini tuh sering banget kita temukan sang penulis menawarkan kliniknya sendiri, beberapa dalam bentuk testimoni, beberapa memang secara langsung mengajak untuk menggunakan jasa Amen Clinic. Bisa dimaklumi juga sih karena memang sumber penelitiannya dia dan sumber penghasilannya dari klinik tersebut.
Di buku ini juga dijelaskan tentang adanya 16 tipe otak berkaitan dengan kebahagiaan. Ada linknya juga di dalamnya yang mana kita bisa melakukan tes ini secara gratis. 16 tipe otak, dengan 5 tipe primer, dan 13 lainnya adalah kombinasi dari 5 tipe primernya. Saya coba tes ini dan mendapatkan hasil Tipe-8: “Spontaneous-Persistent-Sensitive-Cautious.” Dari pembagian jenis otak ini dijabarkan mengenai makanan apa yang bikin bahagia sesuai dengan jenisnya…kemudian apa yang kita lakukan jika pasangan kita punya jenis otak tertentu misalnya…ini sih yang bikin “eww…..” dan akhirnya rada males lanjutin. Yaa….seperti kita tahu….otak manusia itu unik ga ada yang sama…ngapain juga otak 7 miliar lebih manusia di bumi dikelompokkan jadi 16 jenis…kalau saya sih ga bisa nerima gitu ajah.
Di bagian ke-4 dari buku ini, ada satu bahasan yang menarik yaitu tentang “The Connections of Happiness.” Di sini kita bisa baca tentang apa sih makna kebahagiaan di berbagai negara di dunia. Contohnya: Lagom di Swedia, Shinrin-yoku di Jepang, dan Ho’oponopono di Hawaii. Indonesia ada nggak? Ada donk…walaupun ya trigger warning kalau kamu sensitif sama jawasentris. Sebagai orang Indonesia, saya sendiri malah nggak tahu kalau yang disebutkan di buku ini tuh malah jadi konsep bahagia menurut orang Indonesia.
Terakhir….apakah saya merekomendasikan kamu buat baca ini? Nggak, mendingan kamu baca buku “Emotional Intelligence”-nya Daniel Goleman atau “The Happy Brain”-nya Dean Burnett. Tapi kalau kamu punya waktu lebih buat baca buku…ga apa-apa juga dibaca.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu sudah membaca buku ini? Tinggalkan komentar yah..atau jika kamu punya pertanyaan tentang buku “YOU, HAPPIER”, kamu bisa tinggalkan jejak komentar kamu di halaman ini.
Semoga resensi singkat ini bisa berguna buat kamu.
Cheers to our life!
@saturnianpriest